Tuesday, 2 September 2014

askep gangguan kifolordosis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang
Kesehatan dan postur yang normal adalah hal yang paling penting bagi setiap orang yang hidup di dunia ini , karena kesehatan yang baiklah kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan menikmati indahnya alam semesta ini. Jadi, salah satu kelainan bentuk tulang belakang seperti kifosis sangatlah mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga darinya, dan penyakit kifosis juga mempengaruhi postur seseorang sehingga menyebabkan ketidakpercayaan diri saat berada di publik atau moment –moment tertentu yang membutuhkan performa darinya dan minder ketika berinteraksi dengan oramg-orang disekitarnya yang pada akhirnya menjadi sebuah karakter yang inperioritas yang menganggap dirinya terlalu rendah dimata orang lain. Dan dengan ini kita coba untuk menggali fenomena ini.
Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah dan sebagai wawasan bagi kami di dalam melakukan deteksi dini pada Penderita Kifosis & Lordosis (Kifolordosis) . Serta penyebab,gejala ,dan upaya penanganannya.

1.2. Tujuan                                                                                                              
            Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu kifolordosis dan gejala-gejala kifolordosis dan serta cara penanganannya agar tidak banyak manusia yang mengalami kifolordosis kembali.

1.3 Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud kipolordosis?
2.    Apa yang dimaksud kiposis dan lordosis ?
3.    Apa penyebab kifolordosis dan gejala-gejalanya ?
4.    Bagaimana cara penanganannya ?



1.4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.

1.5. Sistematika Penulisan
BAB I :    Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II            :  Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari defenisi, etiologi,          patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,pengobatan.
BAB III:  Asuhan Keperawatan meliputi pengkajian keerawatan dengan diagnosa keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB IV:  Penutup, Kesimpulan dan Saran.

















BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
 2.1.1 Definisi
               kifosis adalah gangguan tulang belakang progresif dimana punggung atas menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal, mengakibatkan kelainan tulang yang kadang-kadang digambarkan sebagai bungkuk. kifosis terdiagnosis jika kurva nya lebih dari 50 derajat, menurut American Academy Of Orthopaedic  Surgeons(AAOS).  mayo clinic memberikan batas lebih rendah untuk diagnosis kifosis yaitu kelengkungan 40 derajat atau lebih.
              Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis atau tulang belakang tepat diatas bokong melengkung ke dalam. sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. terlalu banyak kelengkungan lordotik disebut lordosis. lordosis adalah kebalikan dari kifosis. tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. lain hal nya pada tulang belakang penderita lordosis,akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.
              kifolordosis adalah gangguan tulang belakang gabungan dari kifosis dan lordosis

2.2. Etiologi
              Penyebab paling umum dari kifosis adalah penyakit Sheuermann. pada orang tua, penyakit paling umum kifosis adalah degenerasi diskus vertebralis. kifosis terlokalisasi  berhubungan dengan osteoporosis. Penyakit Sheuermann ditandai dengan nyeri punggung dan ada nya bonggol di punggung. kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneretif. Jadi penyebab gangguan kifolordosis adalah akibat kondisi congenital gabungan antara penyebab kiposis dan lordosis.
2.3. Patofisiologi
 Kifolordosis menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong. gejala lain berfariasi sesuai dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya ditandai dengan  salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai “Bungkuk”.
2.4  Tanda dan Gejala
Gejala kifosis:
1.      Nyeri punggung yang menetap tetapi sifatnya ringan
2.      Kelelahan
3.      Nyeri bila ditekan & kekakuan pada tulang belakang
4.      Punggung tampak melengkung
5.      Lengkung tulang belakang bagian atas lebih besar dari normal
Gejala Lordosis
Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis (tulang belakang tepat di atas bokong) melengkung ke dalam. Sedikit kelengkungan lordotik adalah normal, terlalu banyak kelengkungan lordotik disebut lordosis atau lordosis adalah kebalikan dari kifosis. Tulang belakang yang normal apabila di lihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.
Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler,gangguan perkembangan paha, dan gangguan Neoromuskuler. Nyeri punggung, nyeri yang menjalar ke tungkai dan perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi gejala ini,dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter atau ahli terapis tulang belakang yang berpengalaman . Selain itu, gejala lordosis juga sering kali menyerupai gejala gangguan atau deformitas tulang belakang lainnya , atau dapat di akibatkan oleh infeksi atau cedera tulang belakang.
2.5  Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara:
·         Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi).
·         Rontgen tulang belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya lengkungan tulang belakang.
  • Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya.
  • Magnetic resonance imaging (MRI)
  • Computed tomography scan (CT  Scan)
  • Pemeriksaan darah
2.6  Komplikasi
2.7  Pengobatan

Pengobatan meliputi berbagai aspek, yaitu:
·         Penanganan
    Penanganan bergantung pada tingkat keparahan Kifolordosis. Pada Kifolordosis ringan mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu meluruskan kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali dibutuhkan tindakan bedah. dan juga kasus yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan (sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat. Jika kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras. Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki kelainan pada tulang belakang. Selain itu latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, menggunakan papan tempat tidur, memakai jacket(berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).

·         Pencegahan
    Pencegahan meliputi:
ü  pencegahan primer
      Pencegahan primer agar tidak terkena Kifolordosis
ü  pencegahan sekunder
      Pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini mungkin. Dan agar dapat diketahui oleh seluruh aspek masyarakat.

Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D



























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
           3.1.1. Data Subjektif
Kifosis merupakan salah satu bentuk kelainan tulang punggung, dimana punggung yang seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke depan  melebihi normal. Sedangkan Lordosis merupakan bentuk kelainan tulang punggung dimana  punggung seharusnya berbentuk dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke belakang.

           3.1.2. Data Objektif
      Pemeriksaan fisik
* Pemeriksaan umum:
·         Sinar x, Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya .
·         Magnetic resonance imaging (MRI)
·         Computedtomography scan (CT Scan)
·         Pemeriksaan darah

3.2.   Diagnosa Keperawatan
       Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Kifolordosis adalah meliputi :
1.     Untuk kifosis Tulang Melengkung ke depan(bungkuk), sedangkan pada penderita lordosis         tulang melengkung ke belakang
2.        Ditegakkan Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi.




3.3. Intervensi

No.DP
Intervensi
Rasional
1
1.     Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan factor pencetus.
2.     Buang feses dengan tepat, berikan pengharum ruangan.
3.     Tingkatkan tirah baring, berikan alat alat di samping tempat tidur.
4.     Ø Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.

1.      Agar mengurangi bau tak sedap untuk menghindari malu pasien.

2.      Istirahat menurunkan mobilitas khusus, juga menurunkan laju metabolisme.









2







1.      Pantau atau catat karateristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon hemodinamik.
2.      Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi intensitas (1-10), lama, kualitas, dan penyebaran.
3.      Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.

4.      Berikan lingkungan yang tenang.

1.      Variasi penampilan dan prilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.



2.      Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien.



3.      Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri/memerlukan per dosis obat.
4.      Menurunkan rangsang eksternal.
3
1.      Auskultasi bising usus.


2.      Habiskan makanan sewaktu masih panas.
3.      Konsultasi dengan ahli gizi.
4.      Berikan porsi makanan kecil tapi sering.
1.      Bising usus membantu dalam melakukan respon untuk makan.
2.      Menstimulus nafsu makan klien.
3.      Untuk mengatur diet.

4.      Mencegah terjadi mual.




3.4.   Evaluasi
*  Penderita kifolordosis menunjukkan bukti nyeri pada tulang
*  Penderita kifolordosis mengalami pembengkokan tulang.
*  Penderita melakukan pemeriksaan fisik
*  Penderita melakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan  sensasi.


























BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

         Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
               kifosis adalah gangguan tulang belakang progresif dimana punggung atas menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal, mengakibatkan kelainan tulang yang kadang-kadang digambarkan sebagai bungkuk. kifosis terdiagnosis jika kurva nya lebih dari 50 derajat, menurut American Academy Of Orthopaedic  Surgeons(AAOS).  mayo clinic memberikan batas lebih rendah untuk diagnosis kifosis yaitu kelengkungan 40 derajat atau lebih.
              Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis atau tulang belakang tepat diatas bokong melengkung ke dalam. sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. terlalu banyak kelengkungan lordotik disebut lordosis. lordosis adalah kebalikan dari kifosis. tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. lain hal nya pada tulang belakang penderita lordosis,akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.
              kifolordosis adalah gangguan tulang belakang gabungan dari kifosis dan lordosis

4.2  Saran
Perawat hendaknya melakukan tindakan keperawatan menggunakan proses keperawatan yang koprehensif agar asuhan keperawatan yang bermutu sesuai dangan apa yang di harapkan dan selalu  mendokumentasikan setiap melakukan tindakan.
Dalam pembutan makalah ini perawat juga harus mengetahui langkah-langkah asuhan keperawatan  agar makalah yang dibut dapat sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat berguna bagi mahasiswa lain untuk masa kedepannya.





DAFTAR PUSTAKA
·         Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC
·         Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC
·         Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI.
·         Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Penerbit: Arcan
·         Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1, Jakarta : EGC.
·         Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC
·         Morgan,Geri,dkk, 2009, Obstetri&Ginekologi panduan praktik,Jakarta: EGC
·         Sastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGC
Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.
·         Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana Asuhan.Jakarta:EGC
Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka sarwono prawirohardjoss










No comments:

Post a Comment