Monday 22 February 2016

Komunikasi Keperawatan



Komunikasi Keperawatan ( KONSEP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK )

I.     Konsep Dasar Komunikasi Terapeuik
A.  Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan nya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal yaitu antara perawat dan pasien. (Purwanto, 1993)

B.  Fungsi Komunikasi Terapeutik
Fungsi dari komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien, seperti perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam keperawatan.(Purwanto, 1993)

C.  Unsur-unsur Komunikasi Terapeutik
1.    Sumber proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi dilakukan oleh sumber ini dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mengirim.
2.    Pesan- pesan yang disampaikan dengan menggunakan penyandian baik yang berupa bahasa verbal maupun non verbal.
3.    Penerima yaitu orang yang menerina pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber.
4.    Lingkungan waktu komunikasi berlangsung, meliputi saluran
penyampaian dan penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan
disampaikan.
D.  Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah:
1.    Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2.    Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3.    Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri. (Musliha, 2009)

E.   Prinsip – Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip – prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers adalah :
1.    Perawat harus mengenal dirinya sendiri.
2.    Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3.    Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4.    Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.    Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
6.    Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya.
7.    Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah.
8.    Mampu menentukan batas waktu yang sesuai bdan dapat mempertahankan konsistensinya.
9.    Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik, dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
10.     Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
11.     Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan menyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
12.     Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
13.     Altruisme mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14.     Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15.     Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain. (Musliha, 1993)

F.   Fase – fase dalam komunikasi terapeutik
1.    Fase orientasi terdiri dari
a.    Pengenalan.
b.    Persetujuan komunikasi.
c.    Program orientasi yang meliputi :
1)   Penentuan batas hubungan.
2)   Pengidentifikasian masalah.
3)   Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien.
4)   Mengkaji apa yang diharapkan.
2.    Fase lanjutan
a.    Meningkatkan interaksi sosial dengan cara :
1)   Meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan.
2)   Menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam   mengembangkan hubungan kerja sama.
b.     Meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik melalui :
1)   Melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada.
2)   Meningkatkan komunikasi pasien da mengurangi ketergantungan pasien pada perawat.
3)   Mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.
3.    Fase terminasi
a.    Merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan mempertahankan batas hubungan yang sudah ditentukan.
b.    Mengantisipasi masalah yang akan timbul pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung pada perawat.
c.    Fase ini memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien merasa sunyi, menolak dan depresi. Mendiskusikan perasaan – perasaan tentang terminasi.

G.  Teknik – teknik komunikasi terapeutik
1.    Mendengarkan dengan aktif (active listening)
Menjadi pendengar yang baik merupakan ketrampilan dasar dalam melakukan hubungan perawat-pasien. Dengan demikian perawat dapat mengetahui perasaan dan pikiran pasien. Selama mendengarkan, secara aktif perawat mengikuti apa yang dibicarakan pasien dan memperhatikan perhatiannya. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan pasien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai waktu untuk mendengarkan.
2.    Memberi kesempatan pada pasien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada pasien untuk mengambil inisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Ciptakan suasana dimana pasien merasa terlibat penuh dalam suatu pembicaraan. Bagi pasien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam suatu interaksi, maka perawat dapat mengarahkan pasiennya.
3.    Memberikan penghargaan
Meberikan salam kepada pasien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi, menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
4.    Mengulang kembali
Perawat mengulang sebagian pertanyaan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri, yang menunjukkan bahwa perawat mendengar apa yang dikatakan atau yang dikemukakan pasien. Apabila isi pikirannya tidak dimengerti maka pasien dapat mengulang kembali apa yang pernah diucapkannya, sehingga menjadi jelas.
5.    Refleksi
Perawat mengulang kembali kembali apa yang dibicarakan pasien untuk menunjukkan bahwa perawat mendengar dan mengerti apa yang dibicarakan pasien. Refleksi ini memberi kesempatan kepada pasien untuk memahami sikapnya sendiri, mengerti perasaan dan kebingungan, keragu-raguan serta persepsinya yang benar, diungkapkan oleh orang lain dengan caranya sendiri. Teknik ini digunakan untuk membantu pasien dalam membantu pasien dalam mengungkapkan masalahnya agar menjadi lebih jelas.
6.    Klarifikasi
Menjelaskan kembali ungkapan pikiran yang dikemukakan pasien yang kurang jelas bagi  perawat, agar tidak terjadi salah pengertian.
7.    Mengarahkan pembicaraan
Perawat membantu pasien untuk memfokuskan pembicaraan agar lebih spesifik dan terarah.
8.    Membagi persepsi
Perawat mengungkapkan persepsinya tentang pasien.
9.    Diam (diam yang positif)
Diam yang positif dan penuh penerimaan merupakan media terapeutik rharga karena dapat memotifasi pasien untuk berbicara, mengarahkan isi pikirannya kepada masalah yang dialaminya.
10.     Memberi informasi
Memberikan informasi kepada pasien mengenai hal – hal yang tidak    atau belum diketahuinya atau bila pasien bertanya memberikan informasi.
11.     Memberi saran
Merupakan teknik komunikasi yang baik bila digunakan pada waktu  yang tepat dan cara yang konstruktif , sehingga pasien bisa memilih.
12.     Open – ended Question ( pertanyaan terbuka)
Pertanyaan yang tidk memerlukan jawaban “ya” dan “mungkin” , tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaan nya dengan kata – kata sendiri, atau dapat memberikan informasi yang diperlukan.
13.     Ekplorasi
Menggali lebih dalam ide – ide, pengalaman, masalah pasien yang perlu diketahui.

H.  Komunikasi terapeutik dalam proses perawatan
Komunikasi memegang peranan penting pada setiap tahapan proses perawatan yaitu :
1.    Pengkajian
a.    Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
b.    Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
c.    Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
d.   Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
e.    Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.
f.     Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan non verbal yang sesuai.
g.    Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisipasi intervensi yang dibutuhkan.
2.    Rencana tujuan
a.    Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
b.    Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
c.    Meningkatkan harga diri pasien.
d.   Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
e.    Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
3.    Implementasi
a.    Memperkenalan diri kepada pasien.
b.    Memulai interaksi dengan pasien.
c.    Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
d.   Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
e.    Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
4.    Evaluasi dari hasil yang diharapkan
a.    Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
b.    Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah
c.    Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangu tingkat kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Heri .1993. Komunikasi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Musliha dan Siti Fatmawati. 2009. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika