Komunikasi Keperawatan ( KONSEP DASAR KOMUNIKASI
TERAPEUTIK )
I.
Konsep Dasar
Komunikasi Terapeuik
A. Pengertian
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan nya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
yaitu antara perawat dan pasien. (Purwanto, 1993)
B. Fungsi Komunikasi
Terapeutik
Fungsi dari komunikasi terapeutik adalah
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien, seperti perawat berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilakukan dalam keperawatan.(Purwanto, 1993)
C. Unsur-unsur
Komunikasi Terapeutik
1.
Sumber proses
komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi dilakukan
oleh sumber ini dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam mengirim.
2.
Pesan- pesan yang
disampaikan dengan menggunakan penyandian baik yang berupa bahasa verbal maupun
non verbal.
3.
Penerima yaitu orang
yang menerina pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber.
4.
Lingkungan waktu
komunikasi berlangsung, meliputi saluran
penyampaian dan penerimaan pesan serta
lingkungan alamiah saat pesan
disampaikan.
D. Tujuan
Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah:
1.
Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
2.
Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya.
3.
Mempengaruhi
orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri. (Musliha, 2009)
E.
Prinsip –
Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip – prinsip komunikasi
terapeutik menurut Carl Rogers adalah :
1.
Perawat
harus mengenal dirinya sendiri.
2.
Komunikasi
harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3.
Perawat
harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4.
Perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.
Perawat
harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
6.
Perawat
harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya.
7.
Perawat
harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah.
8.
Mampu
menentukan batas waktu yang sesuai bdan dapat mempertahankan konsistensinya.
9.
Memahami
betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik, dan sebaliknya simpati
bukan tindakan yang terapeutik.
10.
Kejujuran
dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
11.
Mampu
berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan menyakinkan orang lain
tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
12.
Disarankan
untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
13.
Altruisme
mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14.
Berpegang
pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan
prinsip kesejahteraan manusia.
15.
Bertanggung
jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain. (Musliha, 1993)
F.
Fase – fase
dalam komunikasi terapeutik
1.
Fase
orientasi terdiri dari
a.
Pengenalan.
b.
Persetujuan
komunikasi.
c.
Program
orientasi yang meliputi :
1)
Penentuan
batas hubungan.
2)
Pengidentifikasian
masalah.
3)
Mengkaji
tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien.
4)
Mengkaji apa
yang diharapkan.
2.
Fase
lanjutan
a.
Meningkatkan
interaksi sosial dengan cara :
1)
Meningkatkan
sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan.
2)
Menggunakan
teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam
mengembangkan hubungan kerja sama.
b.
Meningkatkan
faktor fungsional komunikasi terapeutik melalui :
1)
Melanjutkan
pengkajian dan evaluasi masalah yang ada.
2)
Meningkatkan
komunikasi pasien da mengurangi ketergantungan pasien pada perawat.
3)
Mempertahankan
tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang
ada.
3.
Fase
terminasi
a.
Merupakan
fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan pengobatan
yang telah didapatkan dan mempertahankan batas hubungan yang sudah ditentukan.
b.
Mengantisipasi
masalah yang akan timbul pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung
pada perawat.
c.
Fase ini
memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga
pasien merasa sunyi, menolak dan depresi. Mendiskusikan perasaan – perasaan
tentang terminasi.
G. Teknik –
teknik komunikasi terapeutik
1.
Mendengarkan
dengan aktif (active listening)
Menjadi pendengar yang baik
merupakan ketrampilan dasar dalam melakukan hubungan perawat-pasien. Dengan
demikian perawat dapat mengetahui perasaan dan pikiran pasien. Selama
mendengarkan, secara aktif perawat mengikuti apa yang dibicarakan pasien dan
memperhatikan perhatiannya. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan pasien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai waktu
untuk mendengarkan.
2.
Memberi
kesempatan pada pasien untuk memulai pembicaraan
Memberi
kesempatan pada pasien untuk mengambil inisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Ciptakan suasana dimana pasien merasa terlibat penuh dalam suatu
pembicaraan. Bagi pasien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang
peranannya dalam suatu interaksi, maka perawat dapat mengarahkan pasiennya.
3.
Memberikan
penghargaan
Meberikan
salam kepada pasien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi, menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya yang
mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
4.
Mengulang
kembali
Perawat
mengulang sebagian pertanyaan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri, yang
menunjukkan bahwa perawat mendengar apa yang dikatakan atau yang dikemukakan
pasien. Apabila isi pikirannya tidak dimengerti maka pasien dapat mengulang
kembali apa yang pernah diucapkannya, sehingga menjadi jelas.
5.
Refleksi
Perawat
mengulang kembali kembali apa yang dibicarakan pasien untuk menunjukkan bahwa
perawat mendengar dan mengerti apa yang dibicarakan pasien. Refleksi ini
memberi kesempatan kepada pasien untuk memahami sikapnya sendiri, mengerti
perasaan dan kebingungan, keragu-raguan serta persepsinya yang benar,
diungkapkan oleh orang lain dengan caranya sendiri. Teknik ini digunakan untuk
membantu pasien dalam membantu pasien dalam mengungkapkan masalahnya agar
menjadi lebih jelas.
6.
Klarifikasi
Menjelaskan
kembali ungkapan pikiran yang dikemukakan pasien yang kurang jelas bagi
perawat, agar tidak terjadi salah pengertian.
7.
Mengarahkan
pembicaraan
Perawat
membantu pasien untuk memfokuskan pembicaraan agar lebih spesifik dan terarah.
8.
Membagi
persepsi
Perawat
mengungkapkan persepsinya tentang pasien.
9.
Diam (diam
yang positif)
Diam yang
positif dan penuh penerimaan merupakan media terapeutik rharga karena dapat
memotifasi pasien untuk berbicara, mengarahkan isi pikirannya kepada masalah
yang dialaminya.
10.
Memberi
informasi
Memberikan
informasi kepada pasien mengenai hal – hal yang tidak atau
belum diketahuinya atau bila pasien bertanya memberikan informasi.
11.
Memberi
saran
Merupakan
teknik komunikasi yang baik bila digunakan pada waktu yang tepat dan cara
yang konstruktif , sehingga pasien bisa memilih.
12.
Open – ended
Question ( pertanyaan terbuka)
Pertanyaan
yang tidk memerlukan jawaban “ya” dan “mungkin” , tetapi pertanyaan memerlukan
jawaban yang luas, sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaan nya
dengan kata – kata sendiri, atau dapat memberikan informasi yang diperlukan.
13.
Ekplorasi
Menggali
lebih dalam ide – ide, pengalaman, masalah pasien yang perlu diketahui.
H. Komunikasi
terapeutik dalam proses perawatan
Komunikasi
memegang peranan penting pada setiap tahapan proses perawatan yaitu :
1.
Pengkajian
a. Menentukan kemampuan seseorang dalam
proses informasi.
b. Mengevaluasi data tentang status
mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
c. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam
berkomunikasi secara verbal.
d. Mengobservasi apa yang terjadi pada
pasien tersebut saat ini.
e. Mengidentifikasi tingkat
perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.
f. Menentukan apakah
pasien memperlihatkan sikap verbal dan non verbal yang sesuai.
g. Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga
dapat mengantisipasi intervensi yang dibutuhkan.
2.
Rencana tujuan
a.
Membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
b.
Membantu pasien agar
dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
c.
Meningkatkan harga diri
pasien.
d.
Memberikan support
karena adanya perubahan lingkungan.
e.
Perawat dan pasien
sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
3.
Implementasi
a.
Memperkenalan diri
kepada pasien.
b.
Memulai interaksi
dengan pasien.
c.
Membantu pasien untuk
dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
d.
Menganjurkan kepada
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
e.
Menggunakan komunikasi
untuk meningkatkan harga diri pasien.
4.
Evaluasi dari hasil
yang diharapkan
a.
Pasien dapat
mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
b.
Komunikasi menjadi lebih
jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah
c.
Membantu menciptakan
lingkungan yang dapat mengurangu tingkat kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Heri .1993. Komunikasi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Musliha dan Siti Fatmawati. 2009. Komunikasi
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
No comments:
Post a Comment